Today's post will be in Bahasa Indonesia..
*halagh*

Okeh, tadi pagi sambil beberes rumah, tiba2 aja kepikiran 2 pertanyaan yang ngeganggu, ga ilang2, sampe akhirnya ditweet :



Well, semua bisa dicari di google yaaa...

Nemulah link blog ini ... yang lagi bahas buku Bob Sadino.


. “Terlalu banyak  harapan yang tidak sesuai kenyataan. Jadi ngapain berharap?.” Dia mengatakan bahwa untuk meraih sukses, seseorang harus membebaskan dirinya diri harapan. Berikut kuitipannya:
“Orang pintar basanya paling banyak harapannya. Bahkan maunya berhasil dalam waktu singkat. Padahal semua itu impossible! Orang goblok harapannya hanya satu: hari ini bisa makan!

Menurutnya menjadi pengusaha itu tidak ada syaratnya. Pengusaha itu harus bebas tekanan, merdeka, terserah mau kemana pun dia melangkah. Tidak boleh ada syarat. Tidak boleh ada kata “harus”. Harus begini, harus begitu, harus punya ini, harus punya itu. Karena semua keharusan itu merupakan hambatan.




Beberapa pemikiran tersebut terjawab di bagian akhir. Bagian yang paling menarik menurut saya. Bagian ini menjelaskan tentang gambar pada cover tentang 3 lingkaran yang melambangkan tiga tahapan kehidupan menurut  Bob Sadino:
1. Lingkaran yang terbagi dua oleh garis dan masing-masing bagian berwana hitam dan putih.
2. Lingkaran yang warnanya menghilang dan yang tersisa hanya garis kelokan  yang membagi dua lingkaran.
3. Pada bagian ketiga garis pemisah pun lenyap, sehingga yang terlihat hanya lingkaran putih saja.

Maksudnya?                                                                                            

                Lingkaran pertama terbelah oleh garis yang berkelok. Sisi sebelah kiri berwarna hitam, sedangkan sisi lainnya putih. Lingkaran ini menggambarkan bahwa pada tahap awal kehidupan seorang manusia, selalu melihat segala hal secara hitam putih, terang gelang salah dan benar. Pandangan hidupnya penuh dengan kesaklekan, pokoknya begini pokoknya begitu, saya benar dan yang lain salah. Seya melalui proses ini pada tahap awal kehidupan saya, demikian juga sebagian besar manusia.

Pada tahap awal ini, biasanya kita sering mengalami tekanan batin karena banyak hal yag tidak sesuai dengan pandangan kita. Kok banyak orang berbuat jahat? Kok tega-teganya mereka berbuat seperti itu? Tekanan juga muncul karena banyak harapan yang tidak menjadi kenyataan. Mau jadi pengusaha gagal terus. Tetap jadi karyawan stres juga. Pada tahap ini, hidup Anda hanya terdiri dari dua corak saja, hitam dan putih. Tidak berwarna! Ketika mendapat keberhasilan, Anda gembira bukan main dan merayakannya. Dunia seolah milik sendiri. Sebaliknya saat mengalami kegagalan, Anda bersedih. Dunia seperti kiamat, seakan-akan tidak ada harapan. Biasanya, seorng manusia melewati masa ini sejak lahir sampai usia 30-40 tahun.

                Pada lingkaran kedua ini, hanya terdapat sebuah garis berkelok saja, yang membagi dua lingkaran. Tidak ada lagi hitam dan putih di kedua bagiannya. Hidup menjadi abu-abu, ternyata yang salah bisa benar dan yang benar bisa juga salah. Yang selama ini dianggap 100 persen keliru, ternyata di dalamnya bisa juga berisi kebenaran. Ketika gelap, tidak sepenuhnya gelap karena ada sedikit cahaya terang. Malam yang berabad-abad lalu gelap gulita, kini bisa menjadi terang benderang selamanya. Pandangan hidup Anda berubah!

Kala mengalami kegagalan pun, Anda bisa memperoleh pelajaran berharga dari kegagalan tersebut. Saat gembira, mungkin saja terdapat bibit bencana. Semua hal mungkin terjadi meski secara kasat mata, tidak terlihat. Anda sudah berpikir lebih bijaksana, tanpa harus menanggalkan keyakinan, karena ternyata memang betul, yang salah belum tentu salah 100 persen, demikian pula yang benar. Anda masih banyak harapan atau impian, tapi tidak menjadi kecewa bila tidak tercapai. Anda masih punya nafsu, tapi bisa mengendalikannya. Biasanya, manusia mengalami fase seperti ini pada usia 40-60 tahun.

                Fase terakhir berupa lingkaran kosong, tanpa hitam putih dan tidak lagi terbagi dua. Dia polos. Bila Anda sudah memasuki fase ini, hidup sudah seperti air. Mengalir begitu saja. Kalau bertemu kayu, ditembusnya atau belok ke arah lain. Bila ada lubang, kadang dimasuki atau dilewatinya, tidak jarang pula berbelok. Bila ada ranting di tengah jalan, mungkin disingkirkannya. Kerap juga dia berbalik karena membentur dinding.

Hidup tidak lagi terbagi dua hal hitam putih salah benar terang gelap. Melainkan sama saja. Anda sudah ikhlas menjalani hidup tanpa ada lagi keinginan dan harapan. Anda pun sudah sepenuhnya menyerahkan jiwa raga buat yang Maha Kuasa. Istilahnya Anda sudah total surrender! Tidak ada lagi yang Anda cari dalam hidup ini, apalagi hanya sekedar materi. Anda sudah memasuki dunia wisdom. Dunia yang penuh dengan kebijaksanaan…

Biasanya, manusia baru bisa mencapai tahap ini pada usia di atas 60 tahun. Ironisnya banyak juga orang yang sudah berusia di atas 60 tahun, tapi masih bergerak pada fase lingkaran kedua. Bahkan mungkin di fase pertama. Saya perlu kasihan pada orang sepeti itu. Di sisi lain, ada juga anak muda – baru 20 – an tahun atau 30 tahun – tapi hidupnya sudah dipenuhi kebijaksanaan fase ketiga.

                Saya sudah berada di fase lingkaran ketiga sejak lama. Karena saya sudah tidak pernah berharap, tidak punya keinginan lagi, tidak punya tujuan dan tidak pernah punya rencana. Yang saya lakukan hanyalah mengalir saja, lakukan saja. Ikhlas dan total surrender.

Anda termasuk golongan yang mana?


Kalau aku.. Masih di golongan lingkaran kedua :) Yeah call me sok mature tapi for honest itu lah yang dirasain..

Dulu bener2 "militan" banget dan tipe high achiever, bahkan dulu kalau paling benci dengar pepatah orang tua yang bilang :
- Kalau lagi senang jangan terlalu gembira , kalau sedih jangan terlalu sedih, karena semua sementara.. 
- Hidup itu dibiarkan mengalir saja, jangan terlalu ngotot..

Paling bete karena menurut aku itu pepatah pembenaran dari orang apatis yang ga berani punya impian besar,
Hahaha..

Tapi, as i grow older... 
Mulai paham kebijaksanaan dibalik 2 pepatah tadi ...

Sekarang lebih santai, lebih rileks, tetep punya ambisi, pas gagal ya kesel juga tapi ga terlalu berlarut lama, pas berhasil juga ga euphoria.. 


Sungguh ga berharap itu bener2 membebaskan :) 
Karena jadi fokus berkarya dan  seperti dikutip dari Bob Sadino :

 jangan terlalu memikirkan sukses. Kalau terlalu banyak mikirin sukses, bekerja gak rileks dan hasil jadi ga bagus..














Leave a Reply

Powered by Blogger.