Repost from Gobind Vashdev FB page.
This is exactly what i feel since .... months ago...


Agak jenuh rasanya mendengar hampir semua orang yang saya temui punya keinginan sukses secara materi. 

saya tidak anti sukses, begitu juga tidak menghindari kegagalan. sukses dan gagal adalah balutan sempurna pada kain kehidupan yang kita gunakan.

menjadi sukses secara materi memang banyak kebaikannya, tentu yang paling populer disebut oleh mereka yang belum kaya adalah " kan kalau punya uang banyak bisa membantu banyak orang yang lebih membutuhkan"
Setuju.

Sekarang mari kita melihat sisi lain dari kekayaan.
ketika seseorang mempunyai tumpukan pundi yang melewati dari batas kebutuhan dirinya, keinginan rajin sekali mengetuk benak ini. kita cenderung untuk membelanjakan sesuatu yang tidak kita butuhkan.

Memang perekonomian akan jadi lancar, namun lihatlah lebih dalam, bahwa hampir semua bahan dasar dari benda yang kita beli adalah kerukan dari perut bumi ini.
belum lagi banyaknya bahan bakar dalam memproses benda tersebut, apalagi sampahnya.

Dahulu setiap kali buang air kecil saya mengguyangnya dengan 2 kali gayung berukuran 1 liter air, hari ini dengan 1 kali putaran / tekanan, 6 liter air digelontorkan.

1 porsi makanan sederhana dengan lauk tahu dan tempe menghabiskan 98 galon air, sementara 1 porsi makanan dengan lauk ayam menghabiskan 330 galon air, dan berlipat menjadi 1200 galon bila kita menggantinya dengan daging sapi.

Chip di dalam handphone atau komputer Anda saat Anda melihat status ini menghasilkan limbah sebesar 4500 kali berat chip tersebut.

3 contoh diatas adalah sebagian kecil dari jutaan aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari.

bumi adalah ibu kita.
kita dirawat, dilindungi, dan dibesarkannya.
Kondisi Ibu saat ini sudah jauh dari sehat, dehidrasi kronis bukan hanya air tapi darah pun hampir habis, tulang yang keropos, serta nafas yang sesak akibat paru-paru yang lubang disana-sini.
Namun sepertinya kita enggan meninggalkan pesta-pesta kita.

Sekali-sekali luangkan waktu, jenguklah Ibu pertiwi, lihatlah bagaimana kondisinya, tanyakan bagaimana kabarnya, sekalian rasakan apa yang dirasakannya?

Dahulu saya sering mencemooh mereka yang kaya namun pelit, namun sekarang saya lebih bangga disebut 'pelit' daripada seorang yang 'royal'
karena menjadi hemat saat ini mirip seperti menghentikan kecanduan pada rokok.
apalagi ditambah serbuan media yg menawarkan produk terbaru memaksa kelenjar air liur kita berproduksi, program diskon seringkali membuat logika kita tak berdaya sementara fasilitas 0% dari kartu kredit merontokkan segala benteng pertahanan pikiran yang mencegah untuk berbelanja.

memang sulit lepas dari kecanduan, bagaikan seorang anak yang melepas kebiasan meminum susu dari Ibunya, ada tangisan, berontakan, rasa tidak nyaman dan sejenisnya, namun tidak ada jalan lain, kita harus melakukannya, bila kita tidak mau memaksa diri untuk merelakan kenyamanan yg sudah terlalu ini, maka alamlah yang akan memaksa kita.

Menjadi sukses secara materi memang baik selama kita mampu mengolah untuk kebaikan dunia,
namun bila kesuksesan materi digunakan untuk mengisi kekosongan hati kita dengan membeli lebih banyak benda agar kita dihargai, diakui atau dipuja, maka tindakan ini perlu untuk dipikirkan kembali.

salam bahagia :)

Please Share _/|\_


Leave a Reply

Powered by Blogger.